![]() |
Kebun alpukat di Kelurahan Kereng Bengkirai,Kecamatan Sebangau yang telah berproduksi Sejak tahun 2021 di Kota Palangka Raya |
Palangka Raya, Newsinkalteng.co.id - Bertani di lahan gambut tentu merupakan tantangan tersendiri karena memerlukan pertimbangan banyak pertimbangan agar kesuburan tanah meningkat. Keterbatasan tanaman yang sesuai di lahan gambut disebabkan faktor pembatas drainase, daya dukung tanaman, tingkat kematangan, ketebalan tanah gambut serta kandungan asam-asam organik yang sangat tinggi, sehingga tanah gambut lebih sesuai untuk buah-buahan dan sayuran serta tanaman tahunan. Kedalaman gambut di Kecamatan Sebangau tempat usahatani alpukat hanya sedalam 0,4 m (40 cm). Sesuai dengan arahan Departemen Pertanian (BB Litbang SDLP, 2008), lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut dangkal (< 100 cm).
Pengembangan usaha tani alpukat pada lahan gambut apabila dilakukan dengan tepat dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Hasil data dari Badan Pusat Statistik terdapat produksi buah alpukat di Kota Palangka Raya sebanyak 46,50 Kuintal pada tahun 2024. Permintaan konsumen yang terus meningkat terhadap buah alpukat adalah peluang yang sangat baik untuk pengembangan komoditas ini menjadi unggulan daerah Kota Palangka Raya karena harga jualnya yang tinggi di tingkat pasar yaitu berkisar antara Rp. 50.000 – Rp.85.000/kg. Salah satu petani yang telah berhasil mengembangkan usaha tani alpukat ini adalah Bapak Muji Santoso, telah menjalankan budidaya alpukat di lahan gambut sekitar 4 -5 tahun terakhir dan telah berproduksi sejak 2021. Awal budidaya alpukat bersama kelompok tani Harapan ini dimulai sejak tahun 2018 dengan luas lahan hanya 0,5 hektar tepatnya di Kelurahan Kereng Bengkirai Kecamatan Sebangau. Saat ini luas tanam alpukat telah bertambah pada lahan 2 hektar dengan sistem tumpang sari.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha tani dalam pengembangan budidaya buah alpukat di lahan gambut Kota Palangka Raya yang dilakukan oleh tim dosen peneliti Universitas Palangka Raya (Evi Faridawaty, STP, M.Si, Dr. Untung Darung, M.Si, Dr. Susi Kresnatita, dan Dr. Tari Budayanti Usop, ST,MT). Hasil perhitungan R/C usaha tani alpukat ini adalah sebesar 2,00 artinya dalam setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00, maka petani akan mendapat penerimaan sebesar Rp. 2,00 sehingga petani alpukat memperoleh keuntungan Rp. 1,00. Usahatani alpukat ini sangat layak secara finansial, karena penerimaan dua kali lipat dari biaya. Varietas yang sesuai ditanam di lahan gambut berdasarkan hasil dari wawancara dengan petani adalah varietas Miki, Aligator, Red Vietnam dan Pluwang yang sudah dapat berbuah pada umur 2 – 3 tahun
Hasil produksi alpukat cukup tinggi dan petani melakukan cara pergiliran pembuahan tanaman, sehingga tanaman alpukat dapat berbuah sepanjang tahun dari waktu berbunga sampai panen selama waktu 8 – 9 bulan. Pergiliran pembuahan tanaman dilakukan petani di Produksi alpukat yang dihasilkan dari 50 pohon alpukat yang panen dalam 1 hektar sebanyak 1500 Kg (per pohon panen 200 Kg). Produksi alpukat dari 50 pohon sebanyak 1500 Kg dikalikan harga jual Rp. 30.000,-/Kg, sehingga penerimaan yang didapat dalam sekali panen adalah sebesar Rp. 300.000.000/hektar. Perhitungan jumlah penerimaan hasil panen per pohon alpukat 200 Kg dikalikan harga jual Rp. 30.000,-/Kg didapatkan hasil penerimaan Rp. 6.000.000/pohon alpukat.
Mengingat budidaya tanaman pada lahan gambut memiliki banyak tantangan karena kondisi tanah yang asam dan kesuburan yang kurang, maka kunci keberhasilan usahatani alpukat di lahan gambut adalah pada saat : persiapan lubang tanam dan pemupukan awal (formulasi pupuk kandang kotoran kambing, kapur dolomit, SP36 dan tanah subur dan sekam), tahap pemeliharaan pohon produktif dilakukan setiap 6 bulan sekali (terutama kapur dolomit, pupuk kandang kotoran ayam dan pupuk NPK sesuai kebutuhan dan fase pembuahan dengan pemberian pupuk seimbang terdiri dari formulasi MKP, KNO3 dan Baron yang telah dicampur dengan air. Pengendalian hama penyakit hanya sesuai dengan kebutuhan apabila terserang hama, namun tidak sering terjadi serangan hama sebab alpukat termasuk tanaman yang tahan hama.
Faktor kekuatan yang dimiliki dalam usahatani Alpukat sehingga mejadi peluang untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Kota Palangka Raya adalah: memiliki luas lahan yang tersedia, penggunaan bibit unggul, harga jual bagus,permintaan pasar, tanaman tahan serangan hama, keikutsertaan pada kelompok tani. Nilai faktor kekuatan dari analisis SWOT. Faktor kelemahan tertinggi berada pada kondisi lahan gambut dengan kerentanan, tidak ada dukungan pemerintah dan lemahnya pembinaan dari pemerintah dan kondisi cuaca ekstrem yang dapat mengakibatkan tanaman alpukat mudah roboh sehingga harus disangga dengan kayu. Berdasarkan analisis terhadap kelayakan usahatani hasil sangat layak untuk dibudidayakan karena nilai keuntungan yang diperoleh petani sangat menjanjikan untuk ke depannya maka dharapkan ada perhatian dari pemerintah Kota Palangka Raya khususnya Dinas Pertanian Kota Palangka Raya, agar dapat mengangkat dan mengembangkan budidaya alpukat ini menjadi komoditas unggulan melalui pembinaan kepada petani lain, agar lebih memahami tentang budidaya alpukat pada lahan gambut agar menjadi sumber pendapatan bagi petani dan daerah menuju pertanian dan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Penulis : Evi Faridawaty,
STP,M.Si
Tim Dosen Peneliti
Universitas Palangka Raya